Monday, May 14, 2018

ASKEP KONJUNGTIVITIS LENGKAP


KATA PENGANTAR
      Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASKEP KONJUNGTIVITIS”.
      Kami selaku penulis menyadari penulisan makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
       Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada kami selaku penulis  bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.
      Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca terutamah dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Makale,27  April  2016
Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL  ..................................................................................................                   i
KATA  PENGANTAR  ...........................................................................                  ii
DAFTAR ISI  ............................................................................................                 iii
ISI
I.            PENDAHULUAN 
A.    Latar belakang  .......................................................................             1 - 2
B.     Tujuan Penulisan  ...................................................................                  2
II.                PEMBAHASAN
A.    Defenisi Konjungtivitis  .........................................................                  3
B.     Etiologi  ...................................................................................                  4
C.    Patofisiologi  ............................................................................             4 - 5
D.    Tanda dan Gejala Konjungtivitis  ........................................                  5
E.     Klasifikasi Konjungtivitis ......................................................          6 – 12
F.     Komplikasi Konjungtivitis  ....................................................        12 – 13
G.    Pemeriksaan Laboratorium  .................................................                13
H.    Diagnosa Keperawatan  ........................................................                13
I.       Pengobatan  ............................................................................                13
J.      Pencegahan Penyakit Dari Konjungtivitis  ..........................         13 - 14

III.             ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A.    Biodata Klien  .........................................................................                15
B.     Riwayat Kesehatan  ...............................................................                15
C.    Pemeriksaan Fisik  .................................................................                16
D.    Diagnosa Keperawatan  ........................................................        16 – 19
IV.             PENUTUP
A.    Kesimpulan  ............................................................................                20
B.     Saran  ......................................................................................                20

DAFTAR PUSTAKA  .............................................................................                   


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.
     Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
     Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
     Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
     Mahasiswa keperawtan mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit konjungtivitis.
2.      Tujuan khusus
     Mahasiswa keperawatan STIKES LAKIPADADA mampu :
a.       Menjelaskan pengertian konjungtivitis.
b.      Menyebutkan penyebab konjungtivitis.
c.       Menyebutkan gambaran klinis dari konjungtivitis.
d.      Menjelaskan patofisiologi dan patway konjungtivitis.
e.       Menjelaskan pemeriksaan penunjang dan diaonostik konjungtivitis.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Konjungtivitis


     Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid 1 tahun 2001 ).
     Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta )
     Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. ( Sumber: www.komunitas dudungnet.com ).
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).


B.     Etiologi
 Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a.       Infeksi oleh virus atau bakteri.
b.      Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c.       Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d.      Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009).Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
-          Entropion atau ektropion.
-          Kelainan saluran air mata.
-          Kepekaan terhadap bahan kimia.
-          pemaparan oleh iritan.
-          Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).

C.     Patofisiologi
     Konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan. Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

D.    Tanda dan Gejala Konjungtivitis
   Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
·         Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
·         Produksi air mata berlebihan (epifora).
·         Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
·         Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
·         Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
·         Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
·         Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah) (Anonim, 2009).
    Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).Gejala lainnya adalah:
·         Mata berair.
·         Mata terasa nyeri.
·         Mata terasa gatal.
·         Pandangan kabur.
·         Peka terhadap cahayaf. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).

E.     Klasifikasi Konjungtivitis
1.      Berdasarkan penyebabnya yaitu :
a.       Konjungtivitis Bakteri
     Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
b.      Konjungtivitis bakteri hiperakut
     Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
c.       Konjungtivitis Viral
      Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
d.      Konjungtivitis Alergi
     Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
e.       Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore )
       Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir. ( Sumber: www.dhetective.com ).

2.       MENURUT GAMBARAN KLINIK.
a.       Konjungtivitis Kataral.
1)      Konjungtivitis Kataral Akut.
      Disebut juga konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek, “pink eyes”.Penyebab: Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan lain-lain.
      Tanda klinik:Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokok.
2)      Konjungtivitis Kataral Sub Akut.
      Penyebab:Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza.Tanda klinik:Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu infiltratif. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada blefarospasme dan secret cair.
3)      Konjungtivitis Katarak Kronik.
     Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau disebabkan kuman koch weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E. Colli atau disebabkan juga obstruksi duktus naso lakrimal.Tanda klinik:Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang hypertropis seperti beledru. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva ringan.


b.      Konjungtivitis Purulen.
    Dapat Disebabkan :Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok, meningokok,  stafilokok, dsb.Tanda Klinik :Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen . Konjungtivitis PurulenAdalah konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika. Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :
1)      Stadium Infiltrat.
     Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-kadang beradarah.
2)      Stadium Supuratif atau Purulenta.
     Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.




3)       Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil.
       Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
    Gejala / Gambaran Klinis :Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari.Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur darah.
     Pemeriksaan Laboratorium :Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop. Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus gram negatif yang berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar dan didalam sel.Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan klinik.
Pengobatan :
·         Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea
Ø  Topikal :
      Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal 4 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi. Sebelum memberikan salep mata, mata harus dibersihkan terlebih dahulu.
Ø  Sistemik :
      Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra muskuler dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1 gram per-oral, atau Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada neonatus dan anak-anak diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 – 100.0000 IU/Kg BB.
·         Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea.
Ø  Topikal :
     Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam atau Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin konjungtiva.
Ø  Sistemik :
     Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa ulkus kornea.
c.        Konjungtivitis Flikten.
     Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva dengan pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil, berwarna kemerahan yang disebut flikten.
Penyebabnya yaitu  alergi terhadap :
v  Tuberkulo protein, pada penyakit TBC.\
v  Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok, streptokok.
v   Virus : herpes simpleks.
v  Toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra.
v  Jamur pada kandida albikans.
v  Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
v  Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus urogenital.
     Konjungtivitis jenis ini di bagi menjadi dua yaitu:
o   Konjungtivitis Flikten.
       Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten, sekret hampir tak ada
o   Konjungtivitis Kum Flikten.
     Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya karena infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten
       Keluhan  :Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya alergi, maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama penyebabnya masih ada di dalam tubuh.
d.      Konjungtivitis Membran / Pseudo Membrane.
     Ditandai dengan adanya masa putih atau kekuning-kuningan, yang menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva bulbi.
       Gejala klinik :Palpebra bengkak. Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan membrane diatasnya. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), mungkin ada membrane. Kadang-kadang ada ulkus kornea. Konjungtivitis pseudomembrane umumnya terdapat pada semua konjungtivitis yang bersifat hiperakut atau purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat gonokok, epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis.
        Didapat pada :
Ø  Difteri primer atau sekunder dari nasopharynx.
Ø  Streptokokus beta hemolitik eksogen maupun endogen.
Ø  Steven Johnson Syndrome.
e.        Konjungtivitis Vernal.
      Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat musim.Keluhannya mata sangat gatal, terutama berada pada lapangan terbuka yang panas   terik. Sering menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan rumput-rumputan.

f.        Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma.
       Dibagi lagi menjadi :
·         Konjungtivitis folikularis akut, yang disebabkan oleh virus termasuk golongan ini adalah :
Ø  Inclusion konjungtivitis.
Ø  Keratokonjungtivitis epidemika.
Ø  Demam faringokonjungtiva.
Ø  Keratokonjungtivitis herpetika
Ø  Konjungtivitis new castle.
Ø  Konjungtivits hemoragik akut.
Ø  Konjungtiva folikularis kronika.
Ø  Konjungtiva folikularis toksika / alergika.
Ø  Folikulosis.
g.      Konjungtivitis Folikularis Trakoma.
     Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma Tracoma.

F.      Komplikasi Konjungtivitis
       Penya kit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1.      Glaucoma.
2.      Katarak.
3.      Ablasi retina.
4.      Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5.      Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6.      Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7.      Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
G.    Pemeriksaan Laboratorium
     Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil
H.    Diagnosa Keperawatan
     Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

I.       Pengobatan
     Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

J.       Pencegahan Penyakit Dari Konjungtivitis
     Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
·         Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
·         Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
·         Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
·         Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.
·         Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.
·         Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.




















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS

A.    Biodata Klien
     Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana, alamat, penanggung jawab.

B.     Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat Kesehatan sekarang
a)      Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
b)      Sifat Keluhan 
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
c)      Keluhan Yang Menyertai
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
2.      Riwayat Kesehatan Yang Lalu
     Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).




C.     Pemeriksaan Fisik
Ø  Data Fokus :
·         Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6.Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
·         Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.
 
D.    Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan :
Ø  Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
Ø  Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
·         Kriteria hasil:
Ø  Nyeri berkurang atau terkontrol.
·         Intervensi :          
Ø  Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
Ø  Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
Ø  Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
Ø  Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
Ø  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
·         Rasionalisasi :
Ø  Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
Ø  Berguna dalam intervensi selanjutnya.
Ø  Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi   stressor yang berupa kebisingan.
Ø  Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.


·         Evaluasi :
Ø  Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
Ø  Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
Ø  Menunjukkan perasaan rileks.
2.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, Wditandai dengan :
Ø  Klien mengatakan tentang kecemasannya.
Ø  Klien terlihat cemas dan gelisah.
·         Kriteria hasil :
Ø  Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
·         Intervensi :
Ø  Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
Ø  Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
Ø  Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
·         Rasionalisasi :
Ø  Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
Ø  Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
Ø  Memberikan perasaan tenang kepada klien.
·         Evaluasi :
Ø  Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas.
Ø   endemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.
3.      Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
·         Kriteria hasil :
Ø  Penyebaran infeksi tidak terjadi.

·         Intervensi :          
Ø  Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi).
Ø  Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
Ø  Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
·         Rasionalisasi :
Ø  Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.
Ø  Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi
Ø  Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau perawat ke Apasien.
·          Evaluasi :
Ø  Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.
4.      Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
·         Intervensi :
Ø  Kaji tingkat penerimaan klien.
Ø  Ajak klien mendiskusikan keadaan.
Ø  Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
Ø  Jelaskan perubahan yang terjadi.
Ø  Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang Adilakukan.
·         Evaluasi :
Ø  Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
Ø  Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah Apenerimaan.
5.      Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
·         Kriteria hasil :
Ø  Cedera tidak terjadi.


·         Intervensi :
Ø  Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, Amembungkuk.
Ø  Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien Ake tubuhnya.
Ø  Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan Akecelakaan.
Ø  Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
·         Rasionalisasi :
Ø  Menurunkan resiko jatuh (cedera).
Ø  Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
Ø  Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
Ø  Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
·         Evaluasi :
Ø  Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
Ø   Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko Adan melindungi diri dari cedera.
Ø  Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.






BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Konjungtivitis adalah suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, clamida, dan alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia dimana konjungtiva yang berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
     Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

B.     Saran
Ø   Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari konjungtivitis sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Ø  Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada klien dan  keluarga  yang menderita konjungtivitis

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.
Ø  Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya.
Ø  Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta

No comments:

Post a Comment