KATA PENGANTAR
Limpahan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASKEP
KONJUNGTIVITIS”.
Kami selaku penulis menyadari penulisan
makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang
sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, tidak
terlepas dari bantuan dan partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan
penuh kerendahan hati kami selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah
kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan kepada kami selaku penulis bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta
limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.
Akhir kata kiranya tersusunnya makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca terutamah dalam menambah
wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Makale,27
April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
SAMPUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR
........................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ISI
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang ....................................................................... 1 - 2
B.
Tujuan
Penulisan ................................................................... 2
II.
PEMBAHASAN
A.
Defenisi
Konjungtivitis ......................................................... 3
B.
Etiologi ................................................................................... 4
C.
Patofisiologi ............................................................................ 4 - 5
D.
Tanda
dan Gejala Konjungtivitis ........................................ 5
E.
Klasifikasi
Konjungtivitis ...................................................... 6 – 12
F.
Komplikasi
Konjungtivitis .................................................... 12 – 13
G.
Pemeriksaan
Laboratorium ................................................. 13
H.
Diagnosa
Keperawatan ........................................................ 13
I.
Pengobatan ............................................................................ 13
J.
Pencegahan
Penyakit Dari Konjungtivitis .......................... 13 - 14
III.
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
A.
Biodata
Klien ......................................................................... 15
B.
Riwayat
Kesehatan ............................................................... 15
C.
Pemeriksaan
Fisik ................................................................. 16
D.
Diagnosa
Keperawatan ........................................................ 16 – 19
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................ 20
B.
Saran ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir
yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang
menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra
menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar
seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.
Mata adalah organ penglihatan. Suatu
struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks
serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk
menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki
hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan
mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu
konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah
membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan
berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan
pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat.
Pada konjungtivitis mata nampak merah,
sehingga sering disebut mata merah.
Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu
penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain
merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat
tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa
ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
Penularan terjadi ketika seorang yang
sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh
oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang
penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan
peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata
) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia),
alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang
debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh
dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus
dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa keperawtan mampu memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit konjungtivitis.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa keperawatan STIKES LAKIPADADA mampu
:
a. Menjelaskan pengertian
konjungtivitis.
b. Menyebutkan penyebab konjungtivitis.
c. Menyebutkan gambaran klinis dari
konjungtivitis.
d. Menjelaskan patofisiologi dan patway
konjungtivitis.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang
dan diaonostik konjungtivitis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah radang
konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral,
dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid 1
tahun 2001 ).
Konjungtivitis adalah peradangan
konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001).
Sedangkan menurut Brunner &
Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Vol.
III, EGC, Jakarta )
Konjunctivitis
( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh
dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus
dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. (
Sumber: www.komunitas dudungnet.com ).
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai
pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada
konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan
permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya
menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan
sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).
B. Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam hal, seperti :
a.
Infeksi oleh virus atau bakteri.
b.
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu
binatang.
c.
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara
lainnya; sinar ultravioletdari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan
oleh salju.
d.
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang,
juga bisa menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009).Kadang konjungtivitis bisa
berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini
bisa disebabkan oleh:
-
Entropion atau ektropion.
-
Kelainan saluran air mata.
-
Kepekaan terhadap bahan kimia.
-
pemaparan oleh iritan.
-
Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)
(Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak
meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus
alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi,
2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya
konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara
(seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).
C. Patofisiologi
Konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan
bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan. Konjungtiva berhubungan dengan
dunia luar kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat
besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada
permukaan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film
mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat
pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan
tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.
D. Tanda
dan Gejala Konjungtivitis
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
·
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
·
Produksi air mata berlebihan (epifora).
·
Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung
(pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan
peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
·
Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan
sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan.
·
Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan
sekitarnya.
·
Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin
(komponen protein).
·
Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga
bernanah) (Anonim, 2009).
Konjungtiva yang mengalami
iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena
bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis
karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi
(Anonim, 2004).Gejala lainnya adalah:
·
Mata berair.
·
Mata terasa nyeri.
·
Mata terasa gatal.
·
Pandangan kabur.
·
Peka terhadap cahayaf. terbentuk keropeng pada kelopak
mata ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).
E. Klasifikasi
Konjungtivitis
1. Berdasarkan
penyebabnya yaitu :
a. Konjungtivitis
Bakteri
Terutama
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular,
menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek
yang terkontaminasi.
b. Konjungtivitis
bakteri hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan
ke oftalmologis segera.
c. Konjungtivitis
Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus
sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan
folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain
biasanya tertular dalam 24-48 jam.
d. Konjungtivitis
Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas
terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan
serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini
terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok.
Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi.
Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi
sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki
riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
e. Konjungtivitis
blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore
)
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang
baru lahir. ( Sumber: www.dhetective.com ).
2. MENURUT GAMBARAN KLINIK.
a.
Konjungtivitis
Kataral.
1)
Konjungtivitis
Kataral Akut.
Disebut juga
konjungtivitis mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek, “pink eyes”.Penyebab:
Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan lain-lain.
Tanda klinik:Pada
palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti beledru karena ada
edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtival banyak, kemosis
dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi pneumokok.
2)
Konjungtivitis
Kataral Sub Akut.
Penyebab:Sebagai
lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza.Tanda
klinik:Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu infiltratif.
Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada blefarospasme dan secret
cair.
3) Konjungtivitis Katarak Kronik.
Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral
akut atau disebabkan kuman koch weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E.
Colli atau disebabkan juga obstruksi duktus naso lakrimal.Tanda klinik:Palpebra
tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala akibatnya. Konjungtiva
palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang hypertropis seperti beledru.
Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva ringan.
b. Konjungtivitis Purulen.
Dapat Disebabkan :Gonorrhoe dan
Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok, meningokok, stafilokok,
dsb.Tanda Klinik :Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen .
Konjungtivitis PurulenAdalah konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret
purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika. Proses peradangan hiperakut
konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang
berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria
dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena
adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.Dibedakan
Atas 3 Stadium, Yaitu :
1) Stadium Infiltrat.
Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana
palpebra bengkak, hiperemi, tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra
hiperemi, bengkak, infiltrat mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada
Konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret
sereus kadang-kadang beradarah.
2) Stadium Supuratif atau Purulenta.
Berlangsung selama 2-3 minggu.
Gejala-gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi
tak begitu tegang. Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus
menerus apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan
mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila membuka
palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.
3) Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi
Papil.
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak
begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi,
tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata,
tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Gejala / Gambaran Klinis :Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara
mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari.Keluhan utama
: mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur
darah.
Pemeriksaan Laboratorium :Kerokan konjungtiva atau getah mata yang
purulen dicat dengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop.
Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus gram
negatif yang berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar dan
didalam sel.Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinik.
Pengobatan :
·
Gonoblenore
Tanpa Penyulit Pada Kornea
Ø Topikal :
Salep
mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal 4 kali sehari
pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa,
dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi. Sebelum memberikan
salep mata, mata harus dibersihkan terlebih dahulu.
Ø Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penisillin G
4,8 juta IU intra muskuler dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1
gram per-oral, atau Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada
neonatus dan anak-anak diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 –
100.0000 IU/Kg BB.
·
Gonoblenore
Dengan Penyulit Pada Kornea.
Ø Topikal :
Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin
setiap jam atau Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga
Penisillin konjungtiva.
Ø Sistemik :
Pengobatan sistemik diberikan seperti pada
gonoblenore tanpa ulkus kornea.
c. Konjungtivitis Flikten.
Merupakan peradangan terbatas dari
konjungtiva dengan pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil,
berwarna kemerahan yang disebut flikten.
Penyebabnya
yaitu alergi terhadap :
v Tuberkulo protein, pada penyakit
TBC.\
v Infeksi bakteri : koch weeks,
pneumokok, stafilokok, streptokok.
v Virus : herpes simpleks.
v Toksin dari moluskum kontagiosum
yang terdapat pada margo palpebra.
v Jamur pada kandida albikans.
v Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
v Infeksi fokal : gigi, hidung,
telinga, tenggorokan dan traktus urogenital.
Konjungtivitis jenis ini di bagi menjadi dua yaitu:
o
Konjungtivitis
Flikten.
Tanda radang tak jelas, hanya terbatas
pada tempat flikten, sekret hampir tak ada
o
Konjungtivitis
Kum Flikten.
Tanda radang jelas, sekret mukos,
mukopurulen, biasanya karena infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten
Keluhan :Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh
karena dasarnya alergi, maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama
penyebabnya masih ada di dalam tubuh.
d. Konjungtivitis Membran / Pseudo
Membrane.
Ditandai dengan adanya masa putih atau
kekuning-kuningan, yang menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva bulbi.
Gejala klinik :Palpebra bengkak.
Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan membrane diatasnya. Konjungtiva bulbi :
injeksi konjungtiva (+), mungkin ada membrane. Kadang-kadang ada ulkus kornea.
Konjungtivitis pseudomembrane umumnya terdapat pada semua konjungtivitis yang
bersifat hiperakut atau purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat gonokok,
epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis.
Didapat pada :
Ø Difteri primer atau sekunder dari
nasopharynx.
Ø Streptokokus beta hemolitik eksogen
maupun endogen.
Ø Steven Johnson Syndrome.
e. Konjungtivitis Vernal.
Dinamakan psring catarh karena banyak
ditemukan pada musim bunga di daerah yang mempunyai empat musim.Keluhannya mata
sangat gatal, terutama berada pada lapangan terbuka yang panas
terik. Sering menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan
rumput-rumputan.
f. Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma.
Dibagi lagi menjadi :
·
Konjungtivitis
folikularis akut, yang disebabkan oleh virus termasuk golongan ini adalah :
Ø Inclusion konjungtivitis.
Ø Keratokonjungtivitis epidemika.
Ø Demam faringokonjungtiva.
Ø Keratokonjungtivitis herpetika
Ø Konjungtivitis new castle.
Ø Konjungtivits hemoragik akut.
Ø Konjungtiva folikularis kronika.
Ø Konjungtiva folikularis toksika /
alergika.
Ø Folikulosis.
g. Konjungtivitis Folikularis Trakoma.
Penyebab virus
dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma Tracoma.
F. Komplikasi
Konjungtivitis
Penya kit radang mata yang
tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1.
Glaucoma.
2.
Katarak.
3.
Ablasi retina.
4.
Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik
merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.
5.
Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya
berupa ulkus kornea.
6.
Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang
tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta.
7.
Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan
G. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil
H. Diagnosa
Keperawatan
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya
hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
I. Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide
15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %).
Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus
pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %,
rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
J. Pencegahan
Penyakit Dari Konjungtivitis
Untuk mencegah makin
meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah
sebagai berikut:
·
Usahakan tangan tidak
megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari
mengucek-ngucek mata.
·
Mengganti sarung bantal dan
handuk dengan yang bersih setiap hari.
·
Hindari berbagi bantal,
handuk dan saputangan dengan orang lain.
·
Mencuci tangan sesering
mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan
penderita konjungtivitis.
·
Untuk sementara tidak usah
berenang di kolam renang umum.
·
Bagi penderita
konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah
membersihkan kotoran mata.
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
A. Biodata
Klien
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis
kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana,
alamat, penanggung jawab.
B. Riwayat
Kesehatan
1. Riwayat
Kesehatan sekarang
a) Keluhan
Utama
Nyeri,
rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada
konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
b) Sifat
Keluhan
Keluhan
terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang
menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu
keluhan timbul.
c) Keluhan
Yang Menyertai
Apakah
pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
2. Riwayat
Kesehatan Yang Lalu
Klien pernah menderita penyakit yang sama,
trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata.
3. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).
C. Pemeriksaan
Fisik
Ø Data Fokus :
·
Objektif
: VOS dan VOD kurang dari 6/6.Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret
banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
·
Subjektif
: Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.
D. Diagnosa
Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan (nyeri)
berhubungan dengan peradangan konjungtiva, ditandai dengan :
Ø Klien mengatakan ketidaknyamanan
(nyeri) yang dirasakan.
Ø Raut muka /wajah klien terlihat
kesakitan (ekspresi nyeri).
·
Kriteria hasil:
Ø Nyeri berkurang atau terkontrol.
·
Intervensi :
Ø Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh
klien.
Ø Ajarkan kepada klien metode
distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan teratur.
Ø Berikan kompres hangat pada mata
yang nyeri.
Ø Ciptakan lingkungan tidur yang
nyaman, aman dan tenang.
Ø Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesic.
·
Rasionalisasi :
Ø Dengan penjelasan maka klien
diharapkan akan mengerti.
Ø Berguna dalam intervensi
selanjutnya.
Ø Merupakan suatu cara pemenuhan rasa
nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa
kebisingan.
Ø Menghilangkan nyeri, karena
memblokir syaraf penghantar nyeri.
·
Evaluasi :
Ø Mendemonstrasikan pengetahuan akan
penilaian pengontrolan nyeri.
Ø Mengalami dan mendemonstrasikan
periode tidur yang tidak terganggu.
Ø Menunjukkan perasaan rileks.
2. Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya, Wditandai
dengan :
Ø Klien mengatakan tentang
kecemasannya.
Ø Klien terlihat cemas dan gelisah.
·
Kriteria hasil :
Ø Klien mengatakan pemahaman tentang
proses penyakitnya dan tenang.
·
Intervensi :
Ø Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
Ø Beri penjelasan tentang proses
penyakitnya.
Ø Beri dukungan moril berupa do’a
untuk klien.
·
Rasionalisasi :
Ø Bermanfaat dalam penentuan
intervensi.
Ø Meningkatkan pemahaman klien tentang
proses penyakitnya
Ø Memberikan perasaan tenang kepada
klien.
·
Evaluasi :
Ø Mendemonstrasikan penilaian
penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas.
Ø endemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.
3. Resiko terjadi penyebaran infeksi
berhubungan dengan proses peradangan.
·
Kriteria hasil :
Ø Penyebaran infeksi tidak terjadi.
·
Intervensi :
Ø Bersihkan kelopak mata dari dalam ke
arah luar (k/p lakukan irigasi).
Ø Berikan antibiotika sesuai dosis dan
umur.
Ø Pertahankan tindakan septik dan
aseptik.
·
Rasionalisasi :
Ø Dengan membersihkan mata dan irigasi
mata, maka mata menjadi bersih.
Ø Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran
infeksi tidak terjadi
Ø Diharapkan tidak terjadi penularan
baik dari pasien ke perawat atau perawat ke Apasien.
·
Evaluasi :
Ø Tidak terdapat tanda-tanda dini dari
penyebaran penyakit.
4.
Gangguan
konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan adanya perubahan pada
kelopak mata (bengkak / edema).
·
Intervensi :
Ø Kaji tingkat penerimaan klien.
Ø Ajak klien mendiskusikan keadaan.
Ø Catat jika ada tingkah laku yang
menyimpang.
Ø Jelaskan perubahan yang terjadi.
Ø Berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan yang Adilakukan.
·
Evaluasi :
Ø Mendemonstrasikan respon adaptif
perubahan konsep diri.
Ø Mengekspresikan kesadaran tentang
perubahan dan perkembangan ke arah Apenerimaan.
5.
Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
·
Kriteria hasil :
Ø Cedera tidak terjadi.
·
Intervensi :
Ø Batasi aktivitas seperti
menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, Amembungkuk.
Ø Orientasikan pasien terhadap
lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan pasien Ake
tubuhnya.
Ø Atur lingkungan sekitar pasien,
jauhkan benda-benda yang dapat menimbulkan Akecelakaan.
Ø Awasi / temani pasien saat melakukan
aktivitas.
·
Rasionalisasi :
Ø Menurunkan resiko jatuh (cedera).
Ø Mencegah cedera, meningkatkan
kemandirian.
Ø Meminimalkan resiko cedera,
memberikan perasaan aman bagi pasien.
Ø Mengontrol kegiatan pasien dan
menurunkan bahaya keamanan.
·
Evaluasi :
Ø Menyatakan pemahaman faktor yang
terlibat dalam kemungkinan cedera.
Ø Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup
untuk menurunkan faktor resiko Adan melindungi
diri dari cedera.
Ø Mengubah lingkungan sesuai indikasi
untuk meningkatkan keamanan.
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah suatu peradangan konjungtiva yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, clamida, dan alergi atau iritasi dengan
bahan-bahan kimia dimana konjungtiva yang berhubungan dengan dunia luar
kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Apabila
ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Pemeriksaan secara langsung dari
kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan
pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan
didapatkan sel-sel eosinofil. Diagnosa ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya
hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
Pengobatan
spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri
dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika
(Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat
jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di
obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau
kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).
B. Saran
Ø Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari
konjungtivitis sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
Ø Mahasiswa harus mampu memberikan
pengarahan dan motivasi pada klien dan keluarga yang menderita
konjungtivitis
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit
mata. Cetakan V. Jakarta.
Ø Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab /
UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU Sutomo. 1994. Surabaya.
Ø Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta
No comments:
Post a Comment