KATA
PENGANTAR
Limpahan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Laring”.
Kami selaku penulis menyadari penulisan
makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang
sifatnya senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan
partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati kami
selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan
kepada kami selaku penulis bernilai
ibadah dan mendapat imbalan serta limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha
Esa,Amin.
Akhir kata kiranya tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca terutamah dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta
perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Makale,20 Oktober
2017
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR
........................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
ISI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan
Penulisan ...................................................................... 1
II.
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Laring ....................................................................... 2
B. Embriologi
Laring ................................................................. 2
C. Anatomi
Laring ....................................................................... 3
D. Fisiologi
Laring ....................................................................... 14
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ .
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Laring, atau kotak suara (voicebox), adalah organ
pada leher mamalia yang melindungi trakea
dan terlibat dalam produksi suara.
Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea
Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya
dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah
masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring mengandung pita suara
(vocal cord).
Laring berada
di depan faring
yang menuju ke esofagus dan secara vertikal
Laring terdapat di antara trakea dan akar lidah, pada bagian atas dan depan
dari leher. Tingkat vertikalnya bersesuaian dengan tulang vertebra servikal
keempat, kelima, dan keenam, tetapi itu ditempatkan agak lebih tinggi pada
wanita dan juga selama masa kanak-kanak. Struktur laring umumnya terdiri dari tulang rawan
yang diikat oleh ligamen
dan otot.
Laring
Merupakan bagian Tubuh manusia yang memilikih peranan yang sangat penting dalam
kehidupan ini.
B. Tujuan
1. Tujuan
umum
Tujuan umum
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi tahu kepada pembaca khususnya
bagi kalangan perawat agar mengetahui apa itu Laring.
2. Tujuan
khusus
Secara khusus
dalam menyusun makalah ini adalah penulis bertujuan untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen pembimbing.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Laring
Laring
merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atasdan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV - VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif
lebih tinggi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian
atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas atas
laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid (Hermani;
Abdurahman, 2003).
Laring adalah
bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian
tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV
– VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring
pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang
menelan makanan.
B. Embriologi
Laring
Seluruh sistem
pernafasan merupakan hasil pertumbuhan faring primitif. Pada saat embrio
berusia 3,5 minggu suatu alur yang disebut laringotrakeal groove tumbuh
dalam embrio pada bagian ventral foregut. Alur ini terletak disebelah posterior
dari eminensia hipobronkial dan terletak lebih dekat dengan lengkung ke IV
daripada lengkung ke III.
Selama masa
pertumbuhan embrional ketika tuba yang single ini menjadi dua struktur, tuba
yang asli mula-mula mengalami obliterasi dengan proliferasi lapisan epitel,
kemudian epitel diresopsi, tuba kedua dibentuk dan tuba pertama mengalami
rekanulisasi. Berbagai malformasi dapat terjadi pada kedua tuba ini, misalnya
fistula trakeoesofageal. Pada maturasi lanjut, kedua tuba ini terpisah menjadi
esofagus dan bagian laringotrakeal.
Pembukaan
laringotrakeal ini adalah aditus laringeus primitif dan terletak diantara
lengkung IV dan V. Aditus laring pada perkembangan pertama berbentuk celah
vertikal yang kemudian menjadi berbentuk T dengan tumbuhnya hipobrachial
eminence yang tampak pada minggu ke 3 dan kemudian akan tumbuh menjadi
epiglottis. Sepasang aritenoid yang tampak pada minggu ke 5 dan pada
perkembangan selanjutnya sepasang massa aritenoid ini akan membentuk tonjolan
yang kemudian akan menjadi kartilago kuneiforme dan kartilago kornikulata.
Kedua aritenoid ini dipisahkan oleh incisura interaritenoid yang kemudian
berobliterasi. Ketika ketiga organ ini tumbuh selama minggu ke 5 – 10, lumen
laring mengalami obliterasi, baru pada minggu ke 9 kembali terbentuk lumen yang
berbentuk oval. Kegagalan pembentukan lumen ini akan menyebabkan atresia atau
stenosis laring. Plika vokalis sejati dan plika vokalis palsu terbentuk antara
minggu ke 8 – 9.
Otot-otot
laring pada mulanya muncul sebagai suatu sfingter intrinsik yang terletak dalam
tunas kartilago tiroid dan krikoid. Selama perkembangan selanjutnya, sfingter
ini terpisah menjadi massa otot-otot tersendiri (mudigah 13 – 16 mm). Otot-otot
laring pertama yang dikenal adalah interaritenoid, ariepiglotika,
krikoaritenoid posterior dan krikotiroid. Otot-otot laring intrinsik berasal
dari mesoderm lengkung brakial ke 6 dan dipersarafi oleh N. Rekuren Laringeus.
M. Krikotiroid berasal dari mesoderm lengkung brakial ke 4 dan dipersarafi oleh
N. Laringeus Superior. Kumpulan otot ekstrinsik berasal dari eminensia
epikardial dan dipersarafi oleh N. Hipoglosus.2
Tulang hyoid akan
mengalami penulangan pada enam tempat, dimulai pada saat lahir dan lengkap
setelah 2 tahun. Katilago tiroid akan mulai mengalami penulangan pada usia 20
sampai 23 tahun, mulai pada tepi inferior. Kartilago krikoid mulai usia 25
sampai 30 tahun inkomplit, begitu pula dengan aritenoid.
C. Anatomi
Laring
Lokasi laring
dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago
tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Prominensia
Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.
Batas-batas
laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan
berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis
oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah
anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah
lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus
kelenjar tiroid.
Laring
berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di
sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan
dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya
otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2
tahun.
Secara
keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.
1. Kartilago
Laring
Kartilago
laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu : 4
a. Kelompok
kartilago mayor, terdiri dari :
Ø
Kartilago Tiroidea, 1 buah
Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding
anterior dan lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri
dari 2 (dua) sayap (ala tiroidea) berbentuk seperti perisai yang terbuka
dibelakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga
menonjol ke depan disebut Adam’s apple.
Ø Kartilago
Krikoidea, 1 buah
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring.
Merupakan lkartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring)
dengan bagian alsanya terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya
relatif lebih sempit darpada bagian posterior.
Ø
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri
dari sepasang kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi
dengan kartilago krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio lateral
dan gerakan rotasi.
b. Kartilago
minor, terdiri dari :
Ø Kartilago
Kornikulata Santorini, 2 buah
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago
Santorini dan merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika
ariepiglotika
Ø
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan
merupakan kartilago kecil yang terletak di dalam plika ariepiglotika
Ø
Kartilago Epiglotis, 1 buah
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk
dinding anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan
oleh ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita
suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen
faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis mempunyai
fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah menyebelah laring.
Tulang dan kartilago laring
2. Ligamentum
Dan Membran Laring
Ligamentum dan
membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu
a. Ligamentum
ekstrinsik , terdiri dari :
Ø Membran
tirohioid
Ø Ligamentum
tirohioid
Ø Ligamentum
tiroepiglotis
Ø Ligamentum
hioepiglotis
Ø Ligamentum
krikotrakeal
b. Ligamentum
intrinsik, terdiri dari :
Ø Membran
quadrangularis
Ø Ligamentum
vestibular
Ø Konus
elastikus
Ø Ligamentum
krikotiroid media
Ø Ligamentum
vokalis
3. Otot
– Otot Pada Laring
Otot–otot
laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan
otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
a. Otot-otot
ekstrinsik.
Otot-otot ini
menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini
menggerakkan laring secara keseluruhan. Terbagi atas :
1) Otot-otot
suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
- M. Stilohioideus - M. Milohioideu
- M. Geniohioideus - M. Digastrikus
- M. Genioglosus - M. Hioglosus
2) Otot-otot
infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
- M. Omohioideus
- M. Sternokleidomastoideus
- M. Tirohioideus

b. Otot-otot
intrinsic
Menghubungkan
kartilago satu dengan yang lainnya. Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di
dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Yang termasuk dalam
kelompok otot intrinsik adalah :
1) Otot-otot
adduktor :
Ø Mm.
Interaritenoideus transversal dan oblik
Ø M.
Krikotiroideus
Ø M.
Krikotiroideus lateral,
Berfungsi untuk
menutup pita suara.
2) Otot-otot
abduktor : 4
Ø M.
Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk
membuka pita suara.
3) Otot-otot
tensor :
Ø Tensor
Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
Ø Tensor
Eksternus : M. Krikotiroideus

4. Persendian
Laring
a. Artikulasio
Krikotiroidea
Merupakan sendi
antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan bagian posterior kartilago
krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu : ligamentum krikotiroidea
anterior, posterior, dan inferior. Sendi ini berfungsi untuk pergerakan rotasi
pada bidang tiroidea, oleh karena itu kerusakan atau fiksasi sendi ini akan
mengurangi efek m. krikotiroidea yaitu untuk menegangkan pita suara.
b. Artikulasio
Krikoaritenoidea.
Merupakan
persendian antara fasies artikulasio krikoaritenoidea dengan tepi posterior
cincin krikoidea. Letaknya di sebelah kraniomedial artikulasio krikotiroidea
dan mempunyai fasies artikulasio yang mirip dengan kulit silinder, yang
sumbunya mengarah dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta
menyebabkan gerakan menggeser yang sama arahnya dengan sumbu tersebut.
Pergerakan sendi tersebut penting dalam perubahan suara dari nada rendah
menjadi nada tinggi.

5. Laring
Bagian Dalam
Cavum laring
dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
a. Supraglotis
(vestibulum superior),yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu
dan inlet laring.
b. Glotis
(pars media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita
suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni.
c. Infraglotis
(pars inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah
kartilago krikoidea.
6. Persarafan
Laring
Laring
dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.
a. Nn.
Laringeus Superior.
Meninggalkan N.
vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke depan dan medial di bawah
A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu :
Ø Cabang
Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.
Ø Cabang
Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m. Konstriktor
inferior.
b. N.
Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Merupakan
cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke
atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan mencapai
laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan :
Ø Sensoris,
mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
Ø Motoris,
mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea

7. Vaskularisasi
Laring mendapat
perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus
Superior dan Inferior.
a. Arteri
Laringeus Superior
Berjalan
bersama ramus interna N. Laringeus Superior menembus membrana tirohioid menuju
ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
b. Arteri
Laringeus Inferior
Berjalan
bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faringeus Inferior, di
dalam laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan memperdarahi
otot-otot dan mukosa laring.

8. Sistem
Limfatik
Laring mempunyai 3
(tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :
a. Daerah
bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang
menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe cervical superior profunda.
Limfe ini juga menuju ke superior dan middle jugular node.
b. Daerah
bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea, middle
jugular node, dan inferior jugular node.
c. Bagian
anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem limfe
esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase karsinoma laring
dan menentukan terapinya

9. Histologi
Laring
Mukosa laring
dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali pada daerah pita
suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel
bersilia terdapat sel goblet.

`Membrana
basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita
suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum
tiroaritenoidea. Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh
jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.4
Kartilago kornikulata,
kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin. Plika vokalis sendiri
tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan pita
suara berwarna keputihan.
D. Fisiologi
Laring
Laring
mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut :
1. Fungsi
Fonasi.
Pembentukan
suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena
adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara
dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara
pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti
rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung.
2. Fungsi
Proteksi.
Benda asing
tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat
adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti
sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis,
plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid melalui
serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan
epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal
laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral
menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi
Respirasi.
Pada waktu
inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M.
Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima
glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri
serta pH darah.
4. Fungsi
Sirkulasi.
Pembukaan dan
penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang
berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama pada bayi
dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena
adanya reflek kardiovaskuler dari laring.
5. Fungsi
Fiksasi.
Berhubungan
dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk,
bersin dan mengedan.
6. Fungsi
Menelan.
Terdapat 3
(tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses
menelan, yaitu :
Ø Pada
waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M.
Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis
lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan
faringoesofageal.
Ø Laring
menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan
jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laring
merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atasdan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV - VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif
lebih tinggi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian
atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas atas
laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid (Hermani;
Abdurahman, 2003).
B. Saran
Setelah membaca
makalah ini, Mahasiswa di harapkan mampu memahami mengenai Laring.
DAFTAR PUSTAKA
v Brown Scott : Orolaryngology. 6th ed. Vol.
1. Butterworth, Butterworth & Co Ltd. 1997. page 1/12/1-1/12/18
v Moore, E.J and Senders, C.W. Cleft lip and palate. In
: Lee, K.J. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight
edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2003: 241-242.
v Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases
of the nose, throat, ear, head and neck. 13th ed. Philadelphia, Lea &
Febiger. 1993
v Graney, D. and Flint, P. Anatomy. In : Cummings C.W. Otolaryngology
- Head and Neck Surgery. Second edition. St Louis : Mosby, 1993.
v Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In : Anatomy
for surgeons. Volume 1 : Head and Neck. A hoeber-harper international
edition, 1966 : 425-456
v Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut.
McGraw-Hill, 2003: 724-736, 747, 755-760.
v Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function.
In : Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Third
edition. Volume 1. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001:
479-486.
No comments:
Post a Comment