KATA PENGANTAR
Limpahan puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,atas segala Rahmad dan Karunia-nya, sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASKEP
CA CAVUM NASI”
Kami selaku penulis menyadari penulisan
makalah ini banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
oleh keterbatasan waktu dan kemampuan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya
senantiasa membangun dan melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, tidak
terlepas dari bantuan dan partisipasi dari semua pihak oleh karena itu dengan
penuh kerendahan hati kami selaku penulis makalah menyampaikan ucapan terimah
kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya Semoga segala kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan kepada kami selaku penulis bernilai ibadah dan mendapat imbalan serta
limpahan rahmad dan karuniah Tuhan Yang Maha Esa,Amin.
Akhir kata kiranya tersusunnya makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca terutamah dalam menambah
wawasan dan pengetahuan serta perkembangan ilmu keperawatan di masa mendatang.
Makale, 11 Juni 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
ISI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan
Penulisan ...................................................................... 1
II.
PEMBAHASAN
A. Defenisi
............................................................................. 2
B. Etiologi
............................................................................... 2
C. Patofisiologi ....................................................................... 2
D. Manifestasi
Klinis .............................................................. 3
E. Komplikasi ......................................................................... 4
F. Penatalaksanaan ................................................................. 5
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 7
B. Saran ....................................................................................... 7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
CA Cavum Nasi adalah kanker yang menyerang rongga hidung.Tumor ganas hidung dan tumor ganas
sinus paranosalis tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi.
Benda
asing (asap rokok, nikotin, debu kayu, nikel, krom dll) masuk kedalam rongga
hidung terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama sehingga
menyebabkan terbentuknya massa, perubahan struktur dan mukosa hidung sehingga
menimbulkan obstruksi rongga hidung yang dapat mengenai septum nasi (devormitas
kavum, septum nasi, trauma kavum/septum nasi, hamatom septum dan perforasi
septum) atau pertumbuhan baru seperti polip hidung, papiloma, inversi dan tumor
beligna/maligna).
B. Tujuan
Untuk
mengetahui Defenisi, Etiologi, Patofisiologi, dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Ca Cavum Nasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Defenisi
CA Cavum
Nasi adalah kanker yang menyerang rongga hidung.Tumor ganas hidung dan tumor ganas sinus paranosalis tidak
dapat dipisahkan karena keduanya saling mempengaruhi.
B. Etiologi
Penyebab dari ca cavum nasi belum
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa kemungkinan besar, diantaranya
adalah:
1. Perokok
berat, fistula oroantal, rhinitis atrofi, pecandu alkolhol.
2. Infeksi
kronik hidung dan sinus paranosal.
3. Kontak
dengan debu kayu pada pekerja mebel (faktor iritasi kronis dari debu dan kayu).
4. Kontak
dengan bahan industri, seperti nikel, krom, isopropanolol.
5. Thorium
dioksida yang dipakai sebagai cairan kontras pada pemeriksaan rontgen.
6. Sinositis
maksila kronis.
C. Patofisiologi
Benda asing (asap rokok, nikotin,
debu kayu, nikel, krom dll) masuk kedalam rongga hidung terjadi secara
terus-menerus dan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan terbentuknya
massa, perubahan struktur dan mukosa hidung sehingga menimbulkan obstruksi
rongga hidung yang dapat mengenai septum nasi (devormitas kavum, septum nasi,
trauma kavum/septum nasi, hamatom septum dan perforasi septum) atau pertumbuhan
baru seperti polip hidung, papiloma, inversi dan tumor beligna/maligna).
Sebagai tambahan, berbagai sebab lain menyebabkan obstruksi saluran pernafasan
hidung (hipertrofi adenoid, benda asing, atresia, koana, jaringan parut intra
nasal, dan kolaps). Massa adalah kavum nasi ini menyebabkan edema pada mukosa
hidung akibat gangguan aliran limfe dan vena serta membentuk masa polipoid pada
cavum nasi. Tumor ini menginvasi kearah atas sampai kedalam fosa kranialis dan
kearah lateral sampai ke dalam orbita.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ca Cavum nasi,
tergantung pada tempat asal tumor dan arah serta luas penyebarannya.
1. Tumor
sinus maksila dan meluas ke medial.
Tanda
dan gejalanya:
Ø Hidung
tersumbat
Ø Rinorea
unilateral yang menetap dan berbau.
Ø Epistaksis
2.
Tumor sinus etmoid dan lamina kribiformis.
Tanda
dan gejalanya:
Ø Hidung
tersumbat
Ø Anomsia
Ø Beringus
Ø Nyeri
didaerah frontal
3.
Tumor dasar antrum dan meluas ke arah bawah.
Tanda
dan gejalanya:
Ø Gigi yang
goyah
Ø Gangguan
oklusif
Ø Nyeri pada
gigi molar
Ø Pembengkakan
dan laserasi didaerah palatum.
4.
Tumor meluas kedaerah orbita dan duktus nasolakrimalis.
Tanda
dan gejalanya:
Ø Diplopia
Ø Proptosis
Ø Tersumbatnya saluran air mata
Ø Mata tampak membengkak
Ø Teraba
musa dan orbita
Ø Mata
tampak menonjol.
5.
Tumor meluas ke anterior.
Tanda
dan gejalanya: Pembesaran pipi satu sisi (asimetris)
6.
Stadium lanjut N. Alveolaris superior.
Tanda
dan gejalanya : Rasa baal pada gigi dan gusi rahang atas.
7.
Tumor meluas dan menginvasi ke nasofaring
Tanda
dan gejalanya : Tuli konduktif akibat
gangguan tuba bustachius.
8.
Perluasan lain yang dapat mengenai saraf.
Tanda
dan gejalanya:
Ø Tuli saraf
Ø Tidak
mampu membuka mulut
Ø Paresis
fasialis
Ø Hemiplegia
Ø Hiperparestesia
Ø Nyeri
kepala berat
Ø Perubahan
posisi mata.
E. Komplikasi
1. Sinusitis
frontal: Ca yang telah menyumbat duktus frontonasal sehingga dapat menyebabkan
sinusitis frontal.
2. Meningitis:
Ca yang mengenai selaput otak sehingga menimbulkan serangan berulang
meningitis.
F. Penatalaksanaan
Yang terpenting dalam penatalaksanaan tumor menurut Nurbaiti
(Iskandar dkk (1989) adalah:
1. Menegakkan
diagnosa dengan biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
2. Menentukan
batas-batas tumor dengan pemeriksaan radiologis.
3. Merencanakan
terapi yang dibuat berdasarkan diagnosis histopatologi dan stadium tumor.
Kebanyakan pakar berpendapat bahwa
satu macam cara pengobatan saja hasilnya buruk, sehingga mereka menganjurkan
cara terapi kombinasi antara operasi, radioterapi dan kemoterapi. Di bagian THT
FKUI/RSCM pengobatan tumor ganas hidung dan sinus paranasal adalah kombinasi
operasi dan radiasi, kecuali untuk pasien yang sudah “Inoperable” atau menolak
tindakan operasi. Untuk pasien ini diberikan radioterapi sesudah dibuatkan
antrostomi.
Radioterapi dapat dilakukan
sebelum/sesudah operasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.
Untuk tumor yang sangat besar,
radioterapi dilakukan lebih dulu untuk mengecilkan tumornya dan mengurangi
pembuluh darah sehingga operasi akan lebih mudah. Tetapi bila telah dilakukan
radiasi dulu sesudah selesai, banyak pasien yang kemudian tidak kembali untuk
operasi karena merasa tumornya sudah mengecil. Atau ada yang tidak mau operasi
karena efek samping radioterapi yang berkepanjangan. Sekarang lebih disukai
radiasi pasca operasi karena sekaligus dimaksudkan untuk memberantas mikro
metastasis yang terjadi atau bila masih ada bisa tumor yang tidak terangkut
pada waktu operasi. Luas operasi tergantung pada sampai dimana batas tumornya.
Bila tumor disinus maksila dan infrastruktur dilakukan maksilektomi radikal,
yaitu mengangkat seluruh isi rongga sinus maksila, ginggivo-alveolaris dan
palatum clurum. Bila tumor sudah meluas ke nasofaring dan fosa plerigo palatina
dianggap sudah “Inoperable” dan hanya diberikan penyinaran saja.
Untuk penanganan tumor ganas hidung dan sinus diperlukan
kerjasama yang baik antar berbagai disiplin ilmu yaitu ahli bedah THT, ahli
radiologi, ahli bedah mata, ahli bedah saraf, ahli bedah plastik dan dokter
gigi.
Menurut R. Pracy dkk (1989),
Radioterapi merupakan pilihan pertama untuk mengobati penderita. Pasien harus
diperiksa ulang setiap bulan bila ada tanda kekambuhan segera dilakukan eksisi
dinding lateral hidung melalui rinotomi lateral.
Pilihan pengobatan yang kedua adlah dengan cara operasi pada
saat radioterapi banyak secret dan pengelupasan jaringan dalam ruang antrum,
oleh karena itu penting sekali membuat jalan untuk drainase sebelum radioterapi
mulai dilakukan. Dua bulan kemudian baru dilakukan operasi pada tepi alveolar
cavum nasi yang terdapat Ca dan dinding medial antrum dibuang sehingga
terbentuk suatu rongga besar. Maksud operasi ini adalah membuang sebanyak
mungkin sisa tumor dan mempermudah melihat dengan jelas kedalam rongga hidung.
Penderita dilakukan pemeriksaan
ulang setiap bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 3 bulan sekali. Bila
perlu dapat dilakukan maksilektomi total bial terdapat pembesaran pada kelenjar
leher maka harus dilakukan diseksi leher radikal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tumor
hidung adalah pertumbuhan kearah ganas yang mengenai hidung dan lesi yang menyerupai
tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan vestibulum nasi Kanker
adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya,baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya
(Tjakra, Ahmad. 1991).
B.
Saran
Setelah Membaca Makalah ini pembacah di harapkan mampu
mengerti tentang bagaimana cara penanganan dari penyakit Ca Cavum nasi ini, dan
juga di harapkan mampu mengetahui bagaimana cara menghindari penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosakeperawatan:
bukusaku. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ø Cody, D. Thane R. (1991).Penyakittelinga,
hidungdantenggorokan. Jakarta: EGC.
Ø Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencanaasuhankeperawatan: pedomanperencanaandanpendokumentasianperawat
– pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Ø Iskandar, Nurbaiti, dkk. (1989). Tumor: telinga hidung tenggorok diagnose dan penatalaksanaan.
Jakarta:FKUI.
Ø Mansjoer, Arif. (1999). Kapitaselektakedokteran.Edisi
3.Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius.
Ø Long, Barbara C. (1999). Perawatanmedikalbedah
(suatupendekatan proses keperawatan). Bandung: YayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan.
Ø
R. Pracy, dkk. (1989). Pelajaranringkastelinga,
hidungdantenggorok. Jakarta: PT Gramedia.
No comments:
Post a Comment